Saturday, November 8, 2008

Tidak Ada Keputusan Yang Salah, Keputusan Selalu Benar

Dapet ilmu baru neh…ingin berbagi sama para blogger deh…..

Namanya orang berumah tangga, kayaknya hal yang wajar ya kalo gw ma suami suka bertengkar, karena beda prinsip, beda pemikiran, beda kebiasaan dan banyak beda lainnya. Tanpa bermaksud menyesali apa yg sudah terjadi, jujur, terkadang gw sering bertanya dalam hati. (khususnya kalo abis berantem gtuu, and tiba2 tuh suami gw jd org yg paling nyebelin di dunia, walaupun lima menit kemudian jadi cinta mati lagi…he…he…).


Pertanyaan yg muncul disaat-saat itu adalah, apakah dia (suami) beneran jodoh gw, apakah gw bener memilih suami, or apakah gw membuat keputusan yang benar saat gw memutuskan untuk menikah.

Dan melalui seorang coaching dari NLP, Mr. Nikolay saya mendapatkan jawabannya. Menurut beliau, tidak ada keputusan yang salah. Semua keputusan adalah benar pada saat itu . Karena keputusan yang diambil adalah berdasarkan kondisi pada saat itu.

Lalu bagaimana dengan sekarang (setelah 3 tahun menikah)? Tentu keputusan itu menjadi tidak yang terbaik atau keputusan yang benar pada saat ini. Mengapa? Karena tolok ukurnya sudah beda. Jika menilai benar/tidak keputusan yang kita buat pada saat itu diukur dengan variable saat ini, tentu menjadi sudah tidak relevan lagi.

Kenapa? Karena orang berubah, kondisi juga berubah, diri kita sendiri pun berubah.
Lalu bagaimana jika kita kemudian baru menyadari saat ini bahwa keputusan itu menjadi bukan yang terbaik?
Saya lalu menjawab, Bisa saja kita memutuskan untuk divorce, lalu menikah kembali dengan orang yang menurut kita tepat dan terbaik atau paling tidak lebih baik dari pasangan kita sebelumnya. Dan itulah keputusan terbaik yang harus diambil.

“Belum tentu” tukas Mr Nikolai. Karena anda mengambil keputusan yang menurut anda itu terbaik dan benar berdasarkan kondisi pada saat ini. Apakah keputusan itu akan tetap terbaik dan benar 3 tahun mendatang, jawabannya adalah “belum tentu”. Ingat yang pertama dikatakan tadi, orang bisa berubah, kondisi juga berubah, banyak hal yang berubah atau mungkin kita bisa saja dipertemukan dengan orang yang lebih baik lagi. Lalu bagaimana? Mau cerai lagi dan menikah lagi?

Dalam hal perkawinan, membuat keputusan untuk menikah pastilah dengan pemikiran yg matang, sehingga dihasilkan keputusan yang terbaik, meski terbaik pada saat itu. Ingat juga, bahwa pernikahan itu adalah komitmen. Ketika ada onak duri yang menusuk balon perkawinan itu, pilihannya hanya dua, bercerai/berpisah atau commit. Commit disini dalam arti, kita memilih untuk mempertahankan pernikahan itu, cari tahu bagaimana caranya. Introspeksi apa yang kurang, dan apa yang perlu diperbaiki. Coba ingat2 kembali, bukankah kita juga pernah mengecap indahnya cinta dan perkawinan itu.



Tidak hanya dalam perkawinan, juga dalam hal pekerjaan. Ketika kita merasakan begitu banyak ketidakpuasan yang kita dapatkan, maka pilihannya cuma dua, keluar dan cari pekerjaan lain. Atau commit tetap bekera keras, ikuti company rules yang ada. Tidak perlu banyak omong dan protes ga jelas ttg kekecewaan anda pada peerusahaan, tetapi anda masih tetap didalamya,. Itu sama sekali tidak berguna, bahkan mempermalukan diri sendiri bukan.

Introspeksilah, mungkin saja sumber ketidakpuasan itu berasal dari diri kita sendiri tanpa kita sadari. Nikmati pekerjaan, berbuat yang terbaik. Percayalah, apa yang kita tanam maka itulah jua yang kita petik.